Setiap anak terlahir istimewa dengan kekuatan kodratnya masing-masing. Mereka bukanlah objek melainkan subjek pembelajaran. Oleh sebab itu sebagai pendidik berkewajiban memastikan bahwa setiap murid mendapatkan kesempatan yang sama untuk belajar dengan cara terbaik sesuai kebutuhan belajarnya. Kita ketahui bahwa kemampuan anak berbeda meskipun dalam kelas yang sama. Untuk memastikan setiap murid mendapatkan kebutuhan belajarnya bukan berarti sebagai guru harus mengajar dengan 12 cara yang berbeda untuk 12 murid dalam satu kelas.
Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How
to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom, pada
pembelajaran diferensiasi berarti mencampurkan semua perbedaan untuk
mendapatkan suatu informasi, membuat ide dan mengekspresikan apa yang mereka
pelajari. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal
(common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.
Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut terkait
dengan:
- Memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas baik untuk guru maupun siswa.
- Bagai mana guru merespon kebutuhan belajar murid, menyesuaikan rencana pembelajara untuk memenuhi kebutuhan belajar murid.
- Menciptakan lingkungan belajar yang mengundang murid untuk belajar dan mencapai tujuan belajar yang tinggi.
- Manajemen kelas yang efektif, menciptakan prosedur yang memungkinkan adanya fleksibilitas namun tetap berjalan efektif.
- Penilaian berkelanjutan.
Pada saat membuat perencanaan, pelaksanaan, assessment, dan tindak lanjut dalam pembelajaran berdiferensiasi dibutuhkan identifikasi kebutuhan belajar murid sehingga pembelajaran dapat dirancang dengan tepat. Kebutuhan belajar murid dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu:
a. Kesiapan belajar murid
Sebelum mempelajari suatu materi, guru perlu memetakan kebutuhan murid. Dalam hal ini, guru harus mendiagnosa kesiapan belajar mereka. Kesiapan belajar menjadi dasar yang kuat bagi guru untuk membuat sebuah perencanaan materi apa yang mereka butuhkan dan tindakan bagaimana yang akan dilakukan serta assement seperti apa yang akan diberikan. Karena dalam satu kelas bisa saja ada murid yang bisa merespon dengan cepat namun ada juga yang lambat. Atau ada yang harus dengan memberikan contoh kongkret dan abstrak.
b. Minat belajar murid
Murid akan merasa dihargai keberadaannya kalau keberagaman minat mereka diperhatikan. Pembelajaran akan terasa bermakna jika prosesnya disesuaikan dengan minat mereka. Motivasi belajar juga akan tumbuh bahkan meningkat jika minat dijadikan salah satu dasar pembelajaran.
c. Profil belajar murid
Aspek ini terkait informasi secara secara individu dari masing-masing murid. Bisa terkait dengan gaya belajar, kecerdasan, latar belakang lingkungan mereka dan lain sebagainya yang memengaruhi murid dalam belajar. Profil belajar murid dijadikan acuan dalam membuat sebuah perencanaan, pemantauan peningkatan kemajuan hasil belajar, catatan perubahan dari sebelumnya dan rencana tindak lanjut yang akan digunakan.
Dengan mengetahui kebutuhan belajar murid tersebut
diharapkan pembelajaran benar-benar dirancang untuk mengakomodir semua gaya
belajar murid (visual, auditori, dan kinestetik). Selain itu untuk mencapai
tujuan pembelajaran berdiferensiasi juga dapat menerapkan strategi pembelajaran
sebagai berikut:
1. Diferensiasi Konten
Berkaitan dengan
materi, konsep, dan ketrampilan yang dipelajari murid berdasarkan kurikulum
namun tetap memerhatikan kebutuhan murid. Dalam hal ini guru juga memodifikasi
materi pembelajaran berdasarkan gaya belajar, kesiapan dan minat murid.
2. Diferensiasi Proses
Sebuah kegiatan untuk berlatih
dan memahami konten. Dalam strategi ini guru membedakan proses yang harus
dijalani oleh murid berdasarkan kebutuhan murid.
3. Diferensiasi Produk
Merupakan bukti yang
menunjukan apa yang telah murid pahami. Produk merupakan hasil kreasi murid
yang bisa diwujudkan dalam bentuk rekaman, infografis, poster, video
presentasi, diagram, karangan, atau tes tulis. Guru berusaha untuk menyediakan
berbagai pilihan produk yang merespons beragam profil, minat atau kesiapan
belajar murid.
Apakah pembelajaran berdiferensiasi ini akan berhasil
dilakukan di dalam kelas?
Harus dimulai dengan pemahaman diferensiasi yang akurat dan paham mana yang bukan termasuk perilaku mendeferensiasi. Diferensiasi bersifat dinamis, proaktif, kualitatif, berakar pada peilaian, menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses dan produk. Serta berpusat pada murid, perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok, dan individu.
Apabila sekolah memiliki visi mewujudkan Sekolah Merdeka Belajar, maka mengaitkan pemikiran Ki Hajar Dewantara bahwa pembelajaran sesuai kodrat alam dan zaman dengan beranggapan siswa memiliki nilai dan sifat beragam. Hal ini sesuai dengan proses berdiferensiasi, keunikan dan keberagaman menjadi hal yang harus dipenuhi dalam pembelajaran. Kodrat zaman menjadikan guru tidak hanya menerapkan satu metode untuk diterapkan dalam kelasn, namun disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan zaman siswanya. Kemudian, Inkuiri Apresiatif (IA) yang melihat setiap anak memiliki sisi atau kekuatan positif menjadi dasar dalam pemetaan kebutuhan belajar murid dalam pembelajaran berdiferensiasi.
Disinilah nilai dan peran Guru Penggerak berkontribusi untuk terus berinovasi menumbuhkan budaya positif dan mewujudkan hasil belajar dengan melihat kebutuhan belajar murid melalui pembelajaran berdiferensiasi. Dengan demikian terwujud murid merdeka belajar sehingga visi Sekolah Merdeka Belajar akan tercapai.
0 comments:
Posting Komentar