Kerawanan akhir-akhir ini yang terjadi baik pada para pelajar maupun pada masyarakat umum yang banyak melakukan penyimpangan atau perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai etika, moral bahkan sampai pada penyimpangan terhadap norma-norma agama. Hal tersebut mengakibatkan munculnya berbagai macam persoalan pembelajaran pada diri murid maupun sebagian guru yang juga merupakan bagian dari masyarakat umum. Kondisi ini pada akhirnya guru tidak jarang dihadapkan pada masalah-masalah di sekolah yang mengandung unsur dilema etika dan bujukan moral. Hal ini membuat peran guru sangatlah sentral dalam proses pendidikan.
Pratap Triloka terhadap pengambilan keputusan pemimpin pembelajaran
Guru sebagai seorang pamong dapat
menggunakan sistem among dalam pembelajaran untuk menyampaikan
terkait dengan karakter bagi para muridnya. Selain itu integrasi pratap triloka
yang merupakan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara menjadi sangat penting
dalam konteks sekolah terutama dalam pengambilan keputusan bagi guru sebagai
pemimpin pembelajaran.
Terdapat
tiga unsur penting dalam Patrap Triloka, yaitu: (1) Ing ngarsa sung tulada (2)
Ing madya mangun karsa (3) Tut wuri handayani. Ing ngarso sung tulodo,
berarti bahwa seorang pemimpin (guru) haruslah memberikan sauri tauladan yang baik bagi orang
yang dipimpinnya. Guru harus selesai dengan dirinya sendiri yang kemudian ini
terefleksikan dalam keteladanan setiap mengambil keputusan terhadap murid-murid
dan orang-orang disekitarnya. Inilah prinsip pertama yang harus dimiliki oleh
seorang guru. Keteladanan menjadi sebuah hal yang penting karena akan
berpengaruh pada tingkat kepercayaan orang-orang yang dipimpinnya terhadap dirinya.
Ing madya mangun karsa artinya guru (pemimpin) harus bisa bekerja sama
dengan orang yang didiknya (murid). Sehingga pembelajaran yang dilakukan akan
terasa mudah atau ringan dan akan semakin mempererat hubungan antara guru
dengan murid, namun tidak melanggar etika jalur pendidikan. Dengan menerapkan ing
madya mangun karsa, guru diharapkan mampu menjadi rekan sekaligus sebagai
pengganti orang tua murid, sehingga guru mampu mengetahui kebutuhan belajar
murid. Salah satu kebutuhan belajar murid adalah keterampilan mengambil
keputusan. Karena itu dengan ing madya mangun karsa guru dapat
melakukan coaching terhadap para muridnya dalam mengambil
keputusan termasuk keputusan yang mengandung unsur dilema etika yang dihadapi
para murid. Dengan demikian potensi murid menjadi lebih berkembang sehingga
mampu mengambil keputusan-keputusan yang tepat bagi dirinya.
Tut wuri handayani yaitu memberi kesempatan kepada
siswa untuk maju dan berkembang. Memberikan ilmu-ilmu dan bekal-bekal yang akan
menambah wawasan dan kepintaran murid, guru tidak akan rugi. Inilah fungsi
seorang guru sebagai coach dan motivator, ia mampu mendorong
kinerja murid untuk terus berkembang dan maju serta mampu mengambil
keputusan-keputusan yang tepat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya.
Prinsip pengambilan keputusan dipengaruhi nilai-nilai
dalam diri
Pengambilan keputusan adalah sebuah proses menentukan sebuah pilihan
dari berbagai alternatif pilihan yang tersedia. Seorang guru terkadang
dihadapkan pada suatu keadaan dimana ia harus menentukan pilihan (keputusan)
dari berbagai alternatif yang ada. Proses ini terkadang amatlah rumit karena
berdampak pada dirinya dan lingkungan sekolahnya. Belum lagi pertentangan
nilai-nilai yang tertanam dalam dirinya akan mempengaruhi prinsip-prinsip dalam
mengambil suatu keputusan. Nilai-nilai
kebajikan sebagai guru merupakan manifestasi pemikiran positif yang dapat
dijadikan dasar dalam mengambil keputusan. Keputusan yang tepat merupakan buah
dari nilai-nilai positif yang dipegang teguh dan dijalankan oleh guru.
Peran coaching dalam keefektifan pengambilan keputusan
Keputusan yang telah diambil oleh guru tidak lepas
dari adanya proses menuntun atau sistem among guru. Proses among ini dapat
dilakukan dalam pengambilan keputusan dan dalam pengujian pengambilan keputusan
yang telah diambil. Keputusan tersebut apakah telah efektif,
atau masihkah ada pertanyaan-pertanyaan sebagai refleksi atas pengambilan
keputusan tersebut. Coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid.
Pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan Coach dapat membuat murid melakukan metakognisi untuk
mengambil keputusan dengan memilih sendiri alternatif/solusi dari permasalahan
yang dihadapinya tanpa paksaan dan campur tangan orang lain.Sehingga,
kolaborasi antara guru sebagai couch dan murid sebagai coachee tersebut mampu menghasilkan keputusan yang benar-benar
tepat dan berpihak pada murid.
Sosial emosional mempengarugi guru dalam pengambilan
keputusan
Keputusan yang
diambil oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran sangat dipengaruhi oleh
kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya.
Kemampuan guru yang dapat mengelola dan menyadari sosial emosionalnya akan
memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
(kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri),
merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial),
membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun
relasi), dan akhirnya mampu membuat keputusan yang bertanggung jawab. Keputusan
yang diambil tersebut bukan keputusan yang mementingkan kepentingan idealisme pribadinya, namun lebih mengutamakan kepentingan muridnya.
Nilai-nilai yang dianut pendidik dalam kasus yang fokus
pada moral atau etika
Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran dihadapkan
pada kasus yang fokus pada masalah moral atau etika maka guru harus kembali kepada nilai-nilai kebajikan universal yang dianutnya. Saat menghadapi
situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara
Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama
benar maka keputusan-keputusan yang diambil guru di sekolah harus merefleksikan
nilai-nilai yang dijunjung tinggi olehnya. Apabila kasus yang dihadapi ada
pertentangan bujukan moral antara benar melawan salah maka guru harus berpegung
teguh pada nilai-nilai kebenaran. Namun, apabila dihadapkan pada pertentang
nilai-nilai benar melawan benar (dilema etika) maka guru harus melihat kasus
tersebut berdasarkan 4 paradigma dilema etika, 3 prinsip pengambilan keputusan,
dan 9 langkah pengujian keputusan.
Lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman
dipengaruhi ketepatan pengambilan keputusan
Merdeka
belajar merupakan tujuan akhir dari pembelajaran yang kita lakukan. Merdeka
belajar berarti siswa bebas untuk mencapai kodratnya (mengembangkan potensinya)
tanpa ada tekanan dari pihak manapun. Siswa juga dapat mencapai kebahagiaannya
sesuai dengan potensi yang dia miliki. Keputusan
yang kita ambil tidak boleh merampas kebahagiaan murid dan juga merampas potensi yang dimiliki siswa. Setiap keputusan yang dapat
diterima oleh semua komunitas sekolah akan memberi dampak positifi terhadap
lingkungan belajar sekolah.
Kesulitan yang sulit dilaksanakan dalam pengambilan keputusan
Untuk menjalankan pengambilan keputusan yang berpihak
pada murid sebagai pemimpin pembelajaran terhadap kasus-kasus dilema etika di
sekolah pasti menemui kesulitan-kesulitan. Kesulitan-kesulitan yang paling utama adalah perubahanparadigma, namun jika dijabarkan beberapa
contoh antara
lain :
- Kehidupan masyarakat yang beragam dan memiliki kehidupan sosial budaya yang kental dengan adat istiadat. Hal ini berpengaruh pada pengambilan keputusan yang diambil oleh guru. Misalnya masyarakat yang menjungjung nilai adat istiadat tertentu, maka dalam paradigma dan prinsip yang diambil dalam pengambilan keputusan akan mengacu kepada nilai tersebut. Maka, akan mengaburkan nilai-nilai kebajikan yang lain dan menciptakan subjektifitas dalam pengambilan keputusan.
- Adanya rasa hormat dan kesenjangan yang tinggi antara atasan dan bawahan atau senioritas. Terkadang hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman karena pertentangan antara keputusan orang lain (atasan/guru senior) dengan hati nurani kita. Keputusan yang dibuat atasan tidak efektif dan tepat tetapi kita kurang mampu memberikan feedback untuk membuat keputusan yang lebih tepat dan efektif terhadap keberpihakan pada murid.
- Tidak semua warga sekolah memiliki komitmen tinggi untuk menjalankan hasil keputusan Bersama.
Pengaruh pengambilan keputusan terhadap pengajaran
yang memerdekakan murid
Semua
tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan
tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang
digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah
sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam
belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan
kodratnya.
Keputusan yang dapat mempengaruhi kehidupan masa depan
murid
Untuk mengambil
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran, kita harus benar- benar memperhatikan
kebutuhan belajar murid. Jika keputusan yang kita ambil sudah mempertimbangkan
kebutuhan murid maka murid akan dapat menggali potensi yang ada dalam dirinya
dan kita sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan
potensi yang dimiliki sehingga keputusan kita dapat berpengaruh terhadap
keberhasilan dari murid di masa depannya nanti. Pendidik yang mampu mengambil
keputusan secara tepat akan memberikan dampak akhir yang baik dalam proses
pembelajaran sehingga mampu menciptakan well being murid untuk masa depan yang
lebih baik.
KESIMPULAN
Pembelajaran tentang Pengambilan Keputusan Sebagai
Pemimpin Pembelajaran terkait dengan modul-modul yang telah dipelajari
sebelumnya dalam Pendidikan Guru Penggerak. Merupakan satu kesatuan yang tidak
bisa terpisahkan untuk memerdekakan murid dalam belajar, sebagaimana dijelaskan oleh Ki
Hajar Dewantara bahwa Pendidikan bertujuan menuntut segala proses dan
kodrat/potensi anak untuk mencapai sebuah keselamatan dan kebahagiaan belajar,
baik untuk dirinya sendiri, sekolah maupun masyarakat.
Dalam melaksanakan proses pendidikan, seorang pendidik harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya serta mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki dalam mengambil sebuah keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Untuk dapat mengambil sebuah keputusan dengan baik maka keterampilan coaching akan membantu kita sebagai pemimpin pembelajaran dengan pertanyaan- pertanyaan untuk memprediksi hasil dan berbagai opsi dalam pengambilan keputusan.
Keterampilan coaching ini dapat membantu murid dalam mencari solusi atas masalahnya sendiri. Tidak sebatas pada murid, keterampilan cocaching dapat diterapkan pada rekan sejawat atau komunitas terkait permasalahan yang dialami dalam proses pembelajaran. Selain itu diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills) untuk mengambil keputusan dan proses pengambilan keputusan diharapkan dapat dilakukan secara sadar penuh (mindfullness), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.
Sangat Bagus Bpk.Hanung, lanjutkan utk berkarya. Kontribusi keputusan pemimpin pembelajaran dalam proses pembelajaran yang sangat penuh dengan nilai-nilai karakter yang harus diterapkan:
BalasHapus1.ing ngarsa sung tulada
2.ing madya mangun karsa
3.tutwuri handayani.
Guru/Pemimpin dalam pembelajaran memang harus senantiasa dan siap siaga dalam menuntun, mendampingi serta mendidik peserta didiknya, bukunya sangat bagus dan jadi tuntunan bagi guru
BalasHapus
BalasHapusKontribusi keputusan yang bagus pak Hanung, untuk menjadikan anak menjadi generasi yang berkembang baik dimasa depan, sesuai semboyan ki hajar dewantara,ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tutwuri handayani👍
Keputusan yang diambil oleh pemimpin pembelajaran sudah sangat tepat, dimana ada keputusan coaching yang sangat membantu siswa untuk fight dengan pembelajaran yang disajikan oleh pembelajar. Dengan coaching siswa bisa dan mampu mengaktualisasikan apa yang jadi permasalahan,serta mampu mengembangkan diri. We Will change with time and chance.
BalasHapus